Kebahagiaan
seseorang akan semakin bertambah, berkembang, dan mengakar adalah manakala ia
mampu mengabaikan semua hal sepele yang tak berguna. Karena, orang yang
berambisi tinggi adalah yang lebih memilih akhirat.
Syahdan, seorang ulama salaf member wasiat kepada saudaranya
demikian, “Bawalah ambisimu itu ke satu arah saja, yakni bertemu dengan Allah,
bahagia di akhirat, dan damai di sisi-Nya.”
(Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada
Rabb-mu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi bagi Allah.)
Tidak ada ambisi yang lebih
mulia selain ambisi yang demikian itu. Apalah arti sebuah ambisi yang hanya
tertuju pada kehidupan ini saja. Karena, semua itu hanya akan bermuara pada
ambisi untuk meraih kedudukan, jabatan, emas perak, anak-anak, harta benda,
nama besar dan kemasyhuran, istana-istana dan rumah-rumah besar yang kesemuanya
ini akan musnah dan sirna.
Allah s.w.t menggambarkan salah
satu sifat musuh-musuh Nya, yakni kaum munafik sebagaimana berikut:
(Sedangkan yang segolongan lagi telah
dicemaskan oleh diri mereka sendiri. Mereka menyangka yang tidak benar terhadap
Allah.)
(QS. Ali ‘Imran: 154)
Begitulah, mereka hanya berambisi memuaskan hawa nafsu, perut, dan syahwat mereka. Maka, mereka pun tak memiliki ambisi yang lebih tinggi dari itu.
Begitulah, mereka hanya berambisi memuaskan hawa nafsu, perut, dan syahwat mereka. Maka, mereka pun tak memiliki ambisi yang lebih tinggi dari itu.
Syahdan, tatkala Rasulullah
membaiat para sahabat di bawah suatu pohon, ada seorang munafik yang justru
meninggalkan baiat itu untuk mencari untanya yang berwarna merah. Dan orang itu
berkata, “Aku akan lebih bahagia dengan menemukan untaku dari pada aku ikut
baiat yang kalian lakukan itu.” Maka Rasulullah pun berkata, “Kalian semua
mendapat ampunan, kecuali pemilik unta merah ini.”
Bahkan, orang munafik sering
kali tak hanya ingin menyesatkan dirinya sendiri, tetapi juga acapkali mengajak
para sahabat yang lain. Terbukti, mereka misalnya pernah berkata, “Tak usahlah
kalian berangkat perang pada saat panas-panas begini.” Maka, Allah pun
menimpali demikian,
(Katakanlah: “Api neraka Jahannam itu jauh
lebih panas.”)
(QS. At-Taubah: 81)
Orang munafik yang lain pernah
berkata,
(Berilah saya izin (tidak pergi berperang)
dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.)
(QS. At-Taubah: 49)
Itulah orang munafik. Dia hanya
memikirkan keuntungan pribadinya saja.
(Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus
ke dalam fitnah.)
(QS. At-Taubah: 49)
Selain itu, orang munafik selalu
mencemaskan harta dan keluarganya saja. Terbukti, mereka pernah berkata,
(Harta dan keluarga kami telah merintangi
kami, maka mohonkanlah ampunan bagi kami.)
(QS. Al-Fath: 11)
Demikianlah, semua ambisi dan
keinginan mereka itu sangat rendah sekali dan tak bernilai. Dan, ambisi seperti
itu hanya akan dikejar oleh orang-orang bodoh yang tak berharga. Lain halnya dengan
para sahabat yang agung, karena mereka selalu mengharapkan keutamaan dan
keridhaan dari Allah.
Sumber: Buku La Tahzan karya DR. Aidh
al-Qarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar